Tugas Hidup bagi Manusia
Pagi ini (Ahad, 7/1/2024) penulis menghadiri pengajian umum di masjid Agung Wates. Pengajian terselenggara berkat kegigihan panitia Hari Amal Usàha Muhammadiyah tingkat Kabupaten Kulon Progo, baik dalam hal publikasi maupun persiapan tempat. Alhamdulillah, peserta yang hadir melebihi kapasitas.
Bapak Haidar Nashir mengungkapkan bahwa manusia lahir ke muka bumi ini belum bisa apa-apa. Belum bisa berbicara, apalagi bernyanyi. Supaya manusia bisa bertahan hidup, maka Allah SWT melengkapinya dengan panca idra. Dengan panca indera manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Manusia juga dilengkapi dengan akal pikiran dan hati, supaya bisa berpikir mana yang baik mana yang buruk. Allah SWT juga menurunkan kitab Al Quran sebagai petunjuk bagi hidup manusia, sekaligus mengangjat Nabi Muhammad SAW sebagai Rosul terakhir yang membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Inilah alasannya, manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Inilah nikmat Allah SWT yang harus kita syukuri. Bagaimana cara mensyukuri nikmat tersebut? Tentunya dengan melaksanakan 2 tugas hidup sebagai manusia, pertama beribadah kepada Allah SWT, kedua sebagai Kholifah (pemelihara) di bumi.
Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali supaya beribadah kepada Allah SWT. Apapun aktivitas dan profesi kita, hendaknya mengutamakan sholat 5 waktu. Sholat inilah yang akan mengantarkan manusia masuk surga. Sholat juga mampu mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. Untuk itu, sebagai manusia yang pandai bersyukur, hendaklah senantiasa menjaga dan memperbaiki kualitas (kekhusukan) sholatnya.
Tugas kedua dalam kehidupan manusia adalah menjadi Kholifah di bumi. Haram hukumnya membuat kerusakan di bumi ini. Salah satu cara menjaga kemakmuran bumi adalah dengan mengajak berbuat baik dan menjauhi kemungkaran. Menurut Muhammadiyah, negara ini harus dijaga agar warganya tetap damai dan tertram. Maka Muhammadiyah berpendapat bahwa bentuk negara ini yang paling cocok adalah negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bukan bentuk khilafah, juga bukan sekuler ataupu komunis. Maka siapapun yang memimpin negeri ini harus pemimpin yang berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945, bukan orang yang ingin menjadikan negara Indonesia sebagai negara khilafah, sekuler, ataupun komunis. Mari kita jaga negara ini agar tetap berdiri tegak dengan dasar Pancasila dan UUD 1945. Ke depan, kita dihadapkan dengan Pemilu. Pilihlah pemimpin yang baik, jangan pilih pemimpin yang tidak bertanggung jawab (politik uang).
Komentar
Posting Komentar