Membangun Budaya Literasi Level SD/MI
PENDAHULUAN
Pembelajaran Literasi terjadwal 3 kali dalam seminggu. Alokasi waktunya 1 jam di awal pembelajaran, tepatnya pukul 07.00 s/d 08.00.
Pembelajaran Literasi bagi kelas atas, dititik beratkan pada pembiasaan siswa untuk membaca buku cerita atau bacaan bebas. Dengan harapan siswa dapat menuliskan kembali ringkasan dari bacaan yang telah dibaca, dengan menggunakan bahasa sendiri. Lain halnya dengan pembelajaran literasi kelas 1. Sebagai guru atau pembimbing siswa kelas 1, saya lebih menekankan pada pembelajaran membaca. Anak diajak mengenal huruf, membaca suku kata, kata, dan kalimat lengkap. Selama pembelajaran literasi, siswa dibimbing belajar membaca sesuai kemampuan masing- masing. Harapan penuis, semua siswa kelas 1 mampu membaca lancar sekaligus mampu menulis kalimat lengkap.
Sebagai guru kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah di pedesaan, selalu menghadapi problem kesulitan membaca. Dalam satu kelas, dengan jumlah siswa berkisar antara 15 s/d 25 anak, hanya menemukan 1 atau 2 siswa saja, yang sudah mampu membaca kalimat lengkap. Sebagian besar belum mengenal huruf, apalagi membaca kalimat lengkap. Dari latar belakang tersebut, saya menemukan ide untuk merancang buku panduan membaca. Alhamdulillah buku pamduan membaca yang berjudul " Jendela Baca, Cara Mudah Belajar Membaca" selesai di cetak awal bulan November 2019 melalui penerbit Deepublish. Buku solo pertama ini, saya susun dengan autodidag, tanpa ada bimbingan.
Kini telah memasuki Tahun pelajaran 2020/2021. Tahun ini dunia pendidikan sangat terpukul. Wabah covid-19 melandai dunia. Mayoritas pemangku pendidikan tidak mengijinkan siswa untuk belajar tatap muka di kelas. Dengan dalih menjaga kesehatan siswa dan memutus mata rantai penyebaran covid-19. Pembelajaran dilaksanakan melalui online, atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).
Pendididakan mengalami perubahan drastis. Guru dituntut menguasai tehnologi Informatika. Namun di sisi lain, banyak daerah yang belum siap melaksanakan percepatan tehnologi di bidang pendidikan. Ujung-ujungnya, siswa yang jadi kurban. Banyak sekolah yang tidak memahami kesulitan belajar siswa. Hampir setiap hari, guru memberi tugas diluar kesanggupan siswa. Keberatan-keberatan diajukan ke pihak sekolah, tetap tak ada solusinya. Guru atau pihak sekolah melontarkan jawaban bahwa Kami juga dituntut atasan .
Sebagai pendidik, saya berpendapat bahwa pembelajaran di masa covid-19, harus merujuk pada surat edaran mentri yang isinya antara lain, pembelajaran menitikberatkan pada pembelajaran bermakna, tugas hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa dan orangtua, dan pembelajaran hendaknya mengarah pada pendidikan karakter siswa.
Sejalan dengan ide merdeka belajar dan kampus merdeka yang diutarakan Mas Mentri Nadim Makarim, serta program AKM (Asasmen Kompetensi Minimal) yang berfokus pada Asasmen Literasi, Numerasi, dan pendidikan karakter, maka pembelajaran tematik kelas 1 lebih mengarah pada penuntasan Calistung.
Pembelajaran Calistung mengikuti model tatap muka, dengan 2 shift dan tetap menerapkan protokoler kesehatan. Saya telah mencoba pembelajaran online, dengan menberikan panduan (buku Jendela Baca) dan membuat youtube pedoman mengajarkannya. Adapun chanel youtube pedoman mengajarkan membaca adalah https://youtu.be/Ef-7bPPNdrg. Namun wali siswa enggan membuka youtube, dengan alasan menghabiskan paketan. Akhirnya saya meminta kebijakan untuk pembelajaran tatap muka dengan 2 shft dan memperhatikan protokol kesehatan. Bagi siswa yang sakit tidak diperbolehkan masuk. Alhamdulillah siswa mampu membaca, tinggal pembiasaan saja supaya lancar. Namun ada 4 siswa yang belum tuntas, lantaran tidak pernah masuk, dan tidak pernah belajar di rumah.
Pembelajaran online banyak mengandung kelemahan, baik segi pemahaman siswa yang minim, motivasi belajar menurun maupun kejujuran yang rendah. Sebagai contoh: Ketika ada tugas sekolah, siswa yang pandai nilainya rendah (80) dikarenakan siswa tersebut menyelesaikan tugas sendiri. Sedangkan siswa yang belum hafal huruf dan belum bisa membaca malah nilainya 100 dikarenakan dikerjakan dan ditulis oleh orangtua siswa. Alhamdulillah, tatap muka dapat menjembatani beragam kesulitan pembelajaran online. Untuk mapel Agama, dan Penjaskes tetap dilaksanakan di rumah secara online.
Apa saja Agenda Penulis dalam Mengembangkan Budaya Literasi?
Agenda semester 2 tahun 2020/2021 dalam hal pengembangan budaya literasi, antara lain menuntaskan kemampuan baca siswa, membuat buku latihan AKM dan membuat buku Antologi siswa.
Komentar
Posting Komentar